Thursday, January 21, 2010

PEMIMPIN YANG BERKARAKTER KRISTUS
Pemimpin yang Melayani. ternyata maknanya sama, karena pemimpin berkarakter Kristus berhati hamba adalah (pastilah) pemimpin yang melayani, oleh karena itu kembali pada kesempatan ini. Materinya sebagian besar terdapat dalam buku “Pemimpin Baru” karangan Myron Rush. Ancangan revolusioner menuju kepemimpinan yang berhasil guna. (Diterbitkan oleh Yayasan Immanuel Jakarta).
Siapakah pemimpin itu?
Definisi Tradisional yang dikenal menjelaskan bahwa pemimpin ialah seorang yang memimpin atau menuntun pengikut-pengikutnya disepanjang jalan yang harus ditempuh mereka. Pemimpin menunjukkan jalannya dan membawa mereka melalui jalan itu.
Namun ada definisi baru yang penting untuk dipikirkan. Definisi itu menyatakan bahwa pemimpin ialah seorang yang merekrut (memanggil dan memilih) orang-orang untuk mengikuti teladannya serta menuntun mereka disepanjang jalan, sambil melatih mereka untuk melakukan hal yang dilakukannya. Pemimpin akan mengubah para pengikutnya menjadi para pemimpin.
Perbedaan yang tajam dari dua definisi di atas yakni pemimpin yang melatih dan mengubah pengikutnya untuk menjadi pemimpin. Ia mampu “memfoto copy” atau mereproduksi dirinya ke dalam diri orang lain, sehingga terjadi pelipatgandaan pemimpin (multiplikasi).
Ternyata pemimpin yang memenuhi kriteria dari definisi baru ini adalah Yesus
GAYA KEPEMIMPINAN YESUSTujuan Yesus datang ke dunia ini tidak hanya untuk menebus dosa manusia lewat kematian-Nya di Salib Golgota, tetapi Ia juga memanggil dan memilih 12 orang pengikut-Nya untuk dilatih menjadi pemimpin. Mereka yang akan melanjutkan kepemimpinan dan pelayanan Yesus di dunia.
Perhatikanlah Markus 3:13-19 dan Lukas 9:1-6, bagaimana Ia memanggil dan melatih pengikut-Nya untuk dapat melakukan apa yang Yesus telah lakukan. Baik itu mengajar, menyembuhkan maupun dalam hal memimpin. Mengikut berarti pula meneladani (Yohanes 13:13-15). Yesus melatih mereka dengan memberi teladan yang baik, namun lebih dari itu Yesus menghendaki mereka hidup sama seperti Ia telah hidup (I Yohanes 2:6).
Gaya kepemimpinan Yesus ini menjadi model dari gaya kepemimpinan Paulus, yang melahirkan anak-anak rohani yang menjadi pemimpin-pemimpin jemaat (bacalah 1 Korintus 11:1 dan Filipi 3:17).
PEMIMPIN YANG BERKRATER KRISTUSUntuk bisa menjadi seorang pemimpin yang berkarakter Kristus haruslah ia memiliki falsafah kepemimpinan Yesus yang sangat berbeda dengan falsafah kepemimpinan sekuler. Bukan berarti tidak boleh jadi pemimpin sekuler tidak demikian : Simak berikut ini:
Falsafah kepemimpinan sekuler titik pusat kepemimpinannya ialah kekuasaan. Dalam kepemim-pinan yang sekuler yang penting ialah besarnya kekuasaan yang ditentukan oleh posisi dan kesanggupan sang pemimpin untuk menciptakan dan mempertahankan kekuasaannya tersebut. Bahkan ada kecenderungan kekuasaan dipergunakan secara salah (aji mumpung).
Sedangkan tentang falsafah kepemimpinan Yesus dapat dibaca dalam Matius 20:21-28 (dan paralelnya). Dalam perikop itu diterangkan bahwa falsafah kepemimpinan Yesus itu bukanlah tentang berapa besar kekuasaan yang dimiliki sang pemimpin, melainkan tentang bagaimana cara mempergunakan kekuasaan itulah yang menentukan kebesaran sang pemimpin. Kekuasaan yang dipergunakan untuk melayani dan bukannya untuk dilayani. Yesus mengajarkan gaya dan falsafah pemimpin-pelayan (Servant-Leader). Pemimpin-pelayan adalah pemimpin yang berhati hamba dalam karakter-Nya. Yesus tidak hanya mengajarkan, namun Ia juga mempraktekkan dan memberi teladan. Peristiwa yang tak terlupakan yaitu ketika Yesus membasuh kaki pengikut-pengikut-Nya pada malam perjamuan terakhir, sebelum Ia ditangkap. Peristiwa itu dicatat dalam Yohanes 13:1-17. Keteladanan dan pelatihan Yesus ini menghasilkan pemimpin yang berhati hamba pula. Dengarlah kesaksian Petrus, pemimpin jemaat pertama di Yerusalem “Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu...” (1 Petrus 5:3).
Krisis Pemimpin?Mengapa gereja dan dunia sekuler mengalami krisis pemimpin? (apalagi pemimpin berkarakter Kristus yang berhati hamba!) Myron Rush menyebutkan beberapa alasan:
a. Pemimpin gereja tidak menjalankan gaya kepemimpinan Yesus. Pemimpin tidak mau bayar harga. Ia tidak rela melepaskan kekuasaan. Ia tidak berjiwa besar. Tidak ada kerendahan hati. Ia tidak melatih dan mempersiapkan penggantinya.
b. Ia tidak yakin bahwa gaya kepemimpinan Yesus ini relevan dengan dunia modern dan dapat menjawab tantangan zaman. Karena itu ia menjalankan gaya kepemimpinan modern (yang sekuler). Pada hal pelatihan dan seminar kepemimpinan sekuler banyak bersumber dari azas kebenaran Alkitab.
Sesungguhnya pemimpin berkarakter Kristus yang berhati hamba adalah pemimpin yang berhasil, karena ia adalah pemimpin yang dapat memenuhi kebutuhan dari pengikut-pengikut yang dilayaninya. Termasuk mempersiapkan dan melatih pemimpin untuk masa depan
Sebagai kelanjutan dari topik sebelumnya, kita akan membahas lebih jauh mengenai ciri-ciri seorang pemimpin berkrakter Kristus berhati hamba. Talenta dan karunia yang besar kadang-kadang bisa menggali jiwa kepemimpinan tetapi sifat hati melayani diperlukan untuk bisa bertahan sebagai seorang pemimpin besar.Apa yang diperlukan untuk menjadi seorang Pemimpin Berkrakter Kristus Berhati hamba?1. Seorang hamba yang benar lebih peduli kepada Tuhan daripada uang(Lukas16:13) Uang itu penting bagi kehidupan sehari-hari kita. Tuhan tahu bahwa kita memerlukan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup kita. Oleh karena itu, sangat mudah bagi kita untuk menjauh dari Tuhan agar lebih peduli dengan uang. Alkitab menyebutkan bahwa cinta akan uang adalah akar dari segala kejahatan. Jika uang menjadi motif hidup Anda maka akan sulit bagi Anda untuk memilih jalan Tuhan dan menyelesaikan semua rancangan-Nya bagi hidup Anda. Ada banyak keadaan dalam hidup di mana tidak bisa diselesaikan dengan uang tetapi Tuhan. Ada banyak hal di dalam hidup tidak bisa dinilai dengan uang. Firman Tuhan menyatakan agar kita mencari terlebih dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya kemudian semuanya akan ditambahkan bagi kita. Bapa Sorgawi kita tahu dengan baik bahwa kita memiliki kebutuhan hidup kita sehari-hari dan sebagai Bapa yang baik, Dia menyediakan semuanya bagi pemenuhan kebutuhan sehari-hari kita.
2. Seorang hamba yang benar melayani dengan kerendahan hati (1 Petrus 5:5)Kerendahan hati berhubungan dengan penundukan diri. Biarkan semua jiwa tunduk kepada semua otoritas pemerintahan karena otoritas berasal dari Tuhan dan dipilih Tuhan (Roma 13:1). Tuhan telah menempatkan pemimpin di gereja kita dan atasan di tempat kerja kita sebagai pemimpin dan pemilik otoritas. Oleh sebab itu, kita harus menghormati mereka sebagai pemilik otoritas yang dipilih Tuhan dan tunduk kepada mereka di dalam pelayanan dan tempat kerja. Jika kita tidak bisa tunduk pada otoritas yang ditempatkan Tuhan atas kita di bumi bagaimana kita bisa tunduk kepada Tuhan yang tidak kelihatan? Tuhan menentang kesombongan tetapi memberikan kasih karunia kepada orang yang rendah hati. Oleh sebab itu, rendahkan hati Anda di bawah tangan Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Dia akan meninggikan Anda pada waktunya.
3. Seorang hamba yang benar menjadi pembawa damai bukan pengacau (2 Tim 2:24)Alkitab mengajarkan kita untuk mengejar damai dengan semua orang (Ibrani 12:14). Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. (Matius 5:9). Seorang hamba yang benar harus menunjukkan kelemahlembutan dan damai sejahtera. Kelemahlembutan dan damai sejahtera adalah buah dari Roh Kudus. Akan tetapi, itu tidak berarti kita tidak bisa mengoreksi orang lain ketika mereka melakukan kesalahan. Kenyataannya, seorang hamba yang benar memilih untuk mengoreksi orang lain dengan lemah lembut dan rendah hati sehingga Tuhan akan memberikan mereka pertobatan agar mereka mengetahui kebenaran dan menyadarkan mereka sehingga mereka terlepas dari jeratan iblis.
4. Seorang hamba yang benar setia pada pelayanan yang telah diberikan (1 Kor 4:2)Seorang hamba yang benar tidak membenci suatu permulaan yang sederhana atau bahkan sebuah pelayanan kecil. Seorang hamba yang benar-benar tahu bahwa pelayanan adalah milik Tuhan. Tuhan bertanggung jawab pada pelayanan. Seorang hamba hanya perlu setia melayani dengan mempergunakan karunia dan talenta yang telah diberikan Tuhan. Rasul Paulus berkata bahwa diwaktu menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama, dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. (1 Kor 3:6-8).
Sharing:· Apakah Anda berpikir bahwa uang bisa mengatasi semua persoalan? Dapatkah Anda memberikan sebuah contoh di mana uang tidak bisa menyelesaikan masalah tetapi Tuhan?· Apakah Anda melihat penatua gereja Anda atau atasan Anda di tempat kerja sebagai otoritas yang ditunjuk Tuhan atas Anda? · Apakah Anda berpikir bahwa mudah bagi seseorang untuk menjadi pembawa damai ketika situasi memanas?
KesimpulanYesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama. Mari kita mengikuti teladan tuan kita untuk merendahkan diri kita dan tunduk sepenuhnya kepada Tuhan kita. Biasanya kata ''hamba'' dikontraskan dengan kata "tuan"dan orang yang "merdeka". pada jaman alkitab,seorang hamba adalah milik tuannya sepenuhnya, artinya tuan berhak melakukan apa saja terhadapnya.seorang hamba tidak memiliki kebebasan, ia terikat sepenuhnya kepada tuannya. ada orang yang lebih berhak atas dia, ada orang yang mengatur hidupnya dan kepadanya ia harus tunduk. Sampai dengan saat ini, sebagian orang kristen masih beranggapan bahwa sebutan "hamb tuhan" hanya berlaku untuk para pendeta, atau mereka yang lulusan theologia. tetapi sebenarnya sebutan itu secara umum bisa dipakai kepada semua orang yang percaya kepada tuhan yesus kristus. kita semua adalah hamba2 tuhan , artinya tuhanlah yang menjadi tuan kita, dialah yang menjadi tuan kita. tetapi tentu saja sebutan " hamba tuhan" juga menuntut sikap hati seorang hamba. kalau kita menyebut diri kita hamba, kita harus memiliki hati seorang hamba. bagaimana hati seorang hamba itu?pertama, memiliki ketaatan; tanpa ketaatan orang tidak akan berkenan kepada allah. ketaataan kepada allahlah yang membuat kita melakukan firmannya. gambaran ketaatan total dapat kita lihat didalam yesus,dimana ia rela mati karena ketaatannya. ketaatan seperti inilah yang allah inginkan didalam kehidupan kita. kita tidak lagi mengikuti kehendak diri sendiri, tetapi mengikuti kehendak allah.sebuah ketaatan akan meringankan langkah kita utk datang kerumahnya pada hari minggu serta meninggalkan kesibukan maupun hobbi kita.kedua,memiliki kesetiaan;kesetiaan adalah keteguhan atau ketetapan hati. setiap mempekerjakan seseorang, kita mengharapkan agar ia setia dan langgeng bekerja pada kita. pada jaman romawi,setiap hamba diberi sebuah lencana terdapat tulisan"tanggkaplah saya jika saya berusaha melarikan diri,dan kembalikan saya pada tuan saya" seharusnya kesetiaan dan komitmen yang seperti inilah yang harus kita miliki didalam mengikut kristus.ketiga, memiliki kerendahan hati; yesus pernah membasuh kaki murid2NYA utk memberikan pelajaran bagi mereka bahwa mereka harus saling melayani satu dengan yang lainnya. saling melayani membutuhkan kerendahan hati dan kerelaan utk mengesampingkan kepentingan diri sendiri. krena kerendahn hatilah seorang hamba yang rendah hati tidak akan merasa terluka ketika ia tidak menerima penghargaan , ketika orang menolaknya dan ketika pendapatnya tidak diperdulikan.
Perhatikanlah kata-kata dalam Mazmur 86, dan mungkin kita lupa bahwa kita sedang membaca pergumulan seorang pemimpin yang baik. Raja Daud berdoa, “Ya TUHAN, jawablah aku, sebab sengsara dan miskin aku” (ay.1). Raja Israel ini menyebut dirinya sebagai “hamba” dan memohon belas kasihan. Coba pikirkan! Daud adalah orang yang dipilih Allah untuk memimpin umat-Nya dan ia memohon pertolongan Allah. Wow!
Ketika berpikir tentang peran pemimpin—baik di abad silam ataupun zaman sekarang—penting sekali bagi kita untuk mengkaji ulang apa makna dari kepemimpinan. Menurut Max De Pree, seorang pebisnis dan penulis buku, yang berhasil membawa perusahaannya hampir mencapai puncak dalam daftar 500 perusahaan terbaik dari majalah Fortune: “Tanggung jawab pertama seorang pemimpin adalah menyatakan realitas. Tanggung jawab terakhirnya adalah mengucapkan terima kasih. Di antara keduanya, pemimpin harus menjadi seorang hamba dan seorang yang berutang. Itulah totalitas seorang pemimpin yang handal.” Dua definisi itu, seorang hamba dan seorang yang berutang, menggambarkan bagaimana Daud memandang dirinya sendiri ketika ia meminta tolong kepada Allah selama masa kepemimpinannya.
Kita semua yang berada di posisi kepemimpinan—baik memimpin keluarga, gereja, kelas, ataupun bisnis—perlu menjadikan perkataan yang rendah hati di dalam Mazmur 86 sebagai panduan. Pemimpin berhati hamba yang “sengsara dan miskin” (ay.1) dan yang percaya kepada Allah adalah seseorang yang pada akhirnya, dapat berkata seperti Daud, “Engkau, ya TUHAN, telah menolong dan menghiburkan aku” (ay.17). —JDB